Eits tapi makan sepuasnya juga ada aturannya ya. Food blogger terkenal Manda Prayoga berbagi tips etika makan di restoran All You Can Eat‪. Pemilik situs sangat sering diundang mencicipi makanan-makanan terbaru berbagai restoran favorit. Sehari ia biasa berkeliling ke 2-4 restoran. "Secara pribadi, saya paling 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID 1C6RG7ajZUhcX_FXrggGIzllXPgywWTPFzidlZqmcq1sykDBheOpJg== Etikaprofesi ini dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). Etika Di Jepang Saat Rapat Yang Tidak Boleh Dilakukan Adalah. Gaya komunikasi sebenarnya merupakan bagian dari etika rapat. Pada saat pertemuan setiap orang yang berbicara. Kita semua tahu orang Jepang sangat sopan dan ramah, itulah sebabnya banyak pelancong yang mencoba. Cara makan setiap orang memang berbeda-beda, namun perbedaan tersebut disatukan dengan kebiasaan yang disebut dengan table manner atau etika makan. Etika ini mengatur segala tata cara dan kebiasaan makan yang dilakukan agar tetap mengedepankan kebiasaan yang penuh sopan dan santun. Lalu, seperti apa etika makan ala Indonesia? Untuk kamu yang penasaran apa saja etika makan khas Indonesia, berikut lima daftarnya. 1. Cara berinteraksi ketika memang sangat erat dengan budaya Timur, yaitu mendahulukan orang yang lebih tua. Biasanya masyarakat Indonesia akan mendahulukan orang yang lebih tua untuk makan mengambil lauk duluan. Selain itu, ketika akan mengambil lauk yang jauh, tak lupa meminta dengan cara yang sopan. 2. Posisi duduk antara perempuan dan laki-laki tak melulu disatukan karena budaya yang dipengaruhi ajaran Islam. Selain itu, tidak diperkenankan untuk duduk sambil menyenderkan punggung ke belakang. Ketika kamu akan, maka hindari meletakan tangan kiri di meja, sebaliknya justru letakkan di paha. Baca Juga Berlibur ke Luar Negeri? Pahami Dulu Etika Makan dari 5 Negara Ini 3. Alat makan yang umum Indonesia secara umum mengenal kebiasaan lesehan dengan makan menggunakan tangan. Namun, ketika di meja makan pun, kamu tetap dapat makan dengan cara menggunakan tangan. Gunakan tangan kanan dengan tata cara makan yang perlahan. Namun, bila kamu menggunakan sendok atau garpu, gunakan keduanya dengan perlahan tanpa menimbulkan bunyi dari piring. 4. Etika batuk, bersin, dan serdawaYoutube/Mark WiensKetiga hal ini juga biasanya sulit untuk ditahan ketika makan. Namun, dalam etika makan Indonesia, sebaiknya kamu dapat menutupnya dengan sapu tangan atau tisu. Meskipun di beberapa negara serdawa berarti menikmati makanan, namun di Indonesia justru cenderung jorok. 5. Etika berbicara ketika Indonesia tak membenarkan etika berbicara ketika sedang makan. Ketika mulut penuh dan berbicara, hal tersebut juga dianggap sebagai hal tidak sopan. Oleh sebab itu, sebaiknya habiskan makananmu sebelum orang asli Indonesia tentu saja kamu ikutan etika cara makan di atas kan? Sebaiknya mengambil makanan secukupnya daripada kamu membuangnya atau gak menghabiskannya. Baca Juga 7 Etika Makan Sushi yang Benar, Jangan Sampai Salah biar Gak Malu IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis. 12Etika Tempat Kerja Jepang yang Harus Anda Adaptasi dengan Baik. Anda harus beradaptasi untuk bertahan hidup dan memanfaatkan banyak hal. Kami, lembaga pendidikan bahasa Jepang dan budayanya di Karawang, akan menghadirkan 12 hal mendasar yang harus ketika Anda berada di lingkungan kerja Jepang. Beberapa dari aturan ini lebih seperti pedoman 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID 2g0YZDB49aNHiLcj6mQWP_UJBbsKC7PeA3SOiBzPDbnWB9dtGqu9pw== Pengetahuantentang etika makan di Jepang ini akan sangat berguna buat kalian yang ingin makan di tempat umum seperti warung makan fastfood KFC, MCD Yoshinoya dan yang lainnya. Karena meski gerai makanan tersebut juga ada di Indonesia, namun etika makan disana agak sedikit berbeda.
Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free ETIKA MAKAN DI JEPANG VERSUS ETIKA MAKAN DI INDONESIA KARYA TULIS ILMIAH diajukan untuk memenuhi Ujian Tengah Semester mata kuliah “Ibunka Rikai” semester VII SHANNON LEONETTE HIMAWAN NPM. 180610170086 KELAS C UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU BUDAYA JATINANGOR 2020 A. PENDAHULUAN Bangsa Jepang dipandang sebagai masyarakat homogen tan’itsu minzoku, dimana mereka membentuk sebuah bangsa yang secara ras sama tan’itsu minzoku kokka. Menurut KBBI, definisi homogen’ terbagi menjadi tiga, antara lain 1 dari tipe jenis, macam, sifat, watak, dan sebagainya yang sama; 2 serba sama; 3 utuh tidak terpecah-pecah. Dikutip dari sumber yang sama, define homogenitas’ antara lain 1 persamaan macam; 2 persamaan jenis; 3 keadaan atau sifat homogen; 4 kehomogenan. Mulai abad 18 hingga abad 20, penyebaran konsep homogenitas bangsa Jepang melibatkan tokoh-tokoh terkemuka Jepang, dari para sarjana kokugakusha hingga Perdana Menteri Nakasone Yasuhiro 1982-1987. Mereka berpendapat bahwa Jepang–secara alamiah–merupakan masyarakat bersifat homogen, karena 1 bangsa Jepang yang tidak seperti Amerika Serikat–terbentuk atas dasar kontrak atau kesepakatan; 2 ras Yamato telah hidup di Jepang setidaknya 2000 tahun, tanpa ada suku bangsa lain; 3 letak geografis Jepang yang terpisahkan oleh laut dan berada di ujung timur benua Eurasia. Maka saat mengenal budaya asing, tentu mereka akan mengalami culture shock, karena budaya asing jelas berbeda dari budaya bangsa Jepang. Salah satunya adalah bangsa Indonesia dengan budayanya yang beranekaragam, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Memang di masing-masing negara ada persamaan dan perbedaan budaya. Akan tetapi, agar masyarakat Jepang bisa bergaul dengan masyarakat Indonesia–dan sebaliknya–mereka perlu memahami sekaligus mempelajari budaya-budaya yang ada. Masing-masing budaya di Jepang maupun Indonesia lahir dari berbagai sumber informasi budaya. Pertama adalah memories yang berdasarkan ingatan kolektif sebuah kelompok masyarakat akan suatu peristiwa. Kedua adalah metaphors yang berdasarkan kesadaran atau cara pandang yang sama dalam masyarakat. Ketiga adalah maxim yang berdasarkan prinsip berperilaku dan bertutur kata sesuai dengan kaidah masyarakat. Dan terakhir adalah myth yang berdasarkan kepercayaan atau asal muasal suatu kelompok masyarakat. Seperti budaya Jepang, Indonesia memiliki sejarah panjang yang masih membekas di pikiran masyarakatnya. Bangsa Indonesia juga mengakui mitos-mitos yang ada di masing-masing daerah, serta berbagai metafora yang dipegang teguh. Bagi mereka, jika melanggar salah satunya, akan menimbulkan keanehan atau keganjilan yang menyebabkan citra negatif dalam masyarakat. Dalam penelitian ini, penulis akan mengambil topik maxim sebagai sumber informasi budaya. Baik masyarakat Jepang maupun Indonesia, mereka sudah menjalankan budayanya masing-masing secara tidak sadar, karena budaya tersebut sudah mendarah daging. Jika melanggar salah satunya, maka akan menimbulkan keanehan atau keganjilan yang menyebabkan citra negatif di mata masyarakat. Penulis mengambil contoh etika saat makan, baik di Jepang maupun Indonesia. Walau etika antar kedua negara ini sangat jauh, tetapi masing-masing etika mengandung nilai-nilai yang mencerminkan karakteristik masing-masing bangsa dengan jelas. B. PEMBAHASAN Etika saat Makan Jepang Makanan di Jepang memiliki dua jenis, washoku dan yōshoku. Secara harafiah, washoku diartikan sebagai makanan Jepang. Washoku sendiri masuk dalam UNESCO Intangible Cultural Heritage List pada Desember 2013, dimana kunci utama dalam washoku adalah penggunaan bahan-bahan yang segar serta mengikuti keempat musim yang terjadi di Jepang–musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Washoku diciptakan untuk menghargai serta mengapresiasi keempat musim Jepang serta bahan-bahan yang siap dipanen pada musim tertentu. Selain penggunaan bahan-bahannya, washoku juga mengutamakan untuk mengeluarkan rasa asli dari bahan-bahan yang digunakan dalam makanan tersebut. Kunci lain yang tidak kalah penting dalam washoku adalah penggunaan dashi, yaitu kaldu yang terbuat dari bonito, daun kelp, atau ikan kering yang direbus. Kaldu ini mengeluarkan rasa umami yang akan mengikat rasa manis, asam, asin, dan pahit, sehingga membuat washoku kaya rasa. Dalam washoku, biasanya ada lima unsur makanan. Pertama adalah satu mangkuk nasi putih yang hangat. Kedua adalah satu mangkuk sup. Sup yang disajikan bisa sup bening dengan ikan/ayam, atau miso–menggunakan kacang kedelai yang difermentasi sebagai bahan utama. Sisanya adalah makanan pendamping, dimana makanan yang disajikan segar dan bervariasi sesuai musim pada saat itu. Di Jepang, praktik seiza biasanya dilakukan, termasuk saat makan. Seiza sendiri merupakan praktik duduk ala Jepang secara tradisional, dimana posisi duduknya diawali dengan berlutut dan duduk di atas kaki. Akan tetapi, sekarang sudah banyak rumah dan restoran yang menyediakan meja dan kursi untuk menjaga kenyamanan. Selain itu, di Jepang, jarang ditemukan peralatan makan berupa sendok, garpu, atau pisau makan, karena masyarakat Jepang biasanya menggunakan sumpit sebagai peralatan makannya. Secara tradisional, sumpit di Jepang terbuat dari bambu atau kayu dan sering dipernis. Akan tetapi, sejak 1878, Jepang memproduksi sumpit sekali pakai–pertama di dunia–dan hingga sekarang masih dipakai. Karena tidak semua orang mengerti cara menggunakan sumpit Jepang, berikut adalah demonstrasi singkat mengenai cara menggunakannya. Selain memahami cara penggunaannya, etika penggunaan sumpit juga harus dipahami oleh semua orang, antara lain • Hindari menunjuk orang lain atau makanan dengan sumpit • Hindari menggosok atau memainkan sumpit • Hindari menusuk makanan dengan sumpit • Hindari menarik mangkuk atau piring dengan sumpit • Hindari menyeruput sisa saus dari sumpit Tidak hanya itu, ada juga etika penggunaan sumpit yang harus semua orang ingat, yaitu tidak menancapkan sumpit pada mangkuk nasi secara vertikal, secara cara ini dilakukan oleh masyarakat Jepang sebagai salah satu Sumber The Book of Everything ritual untuk orang yang sudah meninggal. Dan, tidak mengoper makanan dari sumpit ke sumpit, karena cara ini mengingatkan masyarakat Jepang pada tradisi mengoper tulang yang sudah dikremasi dari sumpit ke sumpit. Pada sebagian besar restoran di Jepang, disediakan oshibori handuk basah, bisa panas/dingin yang digunakan untuk membersihkan kedua tangan sebelum makan. Jangan menggunakan oshibori untuk membersihkan wajah dan/atau leher. Setelah menggunakan oshibori, ucapkan frasa “itadakimasu” sebelum menyantap sebagai tanda syukur atas makanan yang telah diberikan. Jika makanannya harus langsung disantap sementara makanan lainnya belum tiba di meja makan, bisa mengucapkan frasa “osaki ni douzo” atau “osaki ni itadakimasu”. Saat makan dari mangkuk berukuran kecil, seperti nasi dan sup, sebaiknya mangkuk diangkat dan didekatkan ke mulut. Apabila makan dari mangkuk berukuran besar, seperti ramen, sebaiknya mangkuk diletakkan pada posisi semula, dan hanya makanannya saja yang diangkat dan didekatkan ke mulut. Selain itu, saat menyantap potongan makanan yang berukuran besar, seperti tempura dan korokke, sebaiknya belah makanan tersebut menjadi beberapa potong kecil–bisa dimakan dalam sekali suap–dengan sumpit. Atau, bisa juga digigit sedikit dan letakkan sisanya pada piring. Saat makan pun ada beberapa hal yang perlu diingat oleh semua orang, antara lain • Hindari menuangkan kecap asin secara langsung di atas makanan, terutama nasi • Habiskan makanan dan/atau saus yang telah disajikan–tanpa sisa ➔ Jika tidak suka atau tidak bisa makan, bisa memberitahu ke pelayan restoran atau tidak perlu memakannya sama sekali • Hindari menyantap hidangan secara langsung dari piring bersama • Hindari meniup hidung, bersendawa, dan batuk di meja makan • Hindari meletakkan siku di atas meja makan Menyeruput makanan di negara lain merupakan hal tabu. Akan tetapi, menyeruput makanan di Jepang bukanlah hal tabu. Bagi masyarakat Jepang, menyeruput makanan dipercaya bisa meningkatkan rasa makanan serta menunjukkan bahwa orang tersebut sangat menyukai makanannya. Sesudah makan, rapikan peralatan makan seperti semula. Sumpit diletakkan pada hashi-oki sandaran sumpit atau kertas sumpit yang sudah dilipat. Jika menggunakan sumpit sekali pakai, letakkan kembali ke kertas pembungkus sumpit dengan rapi dan lipat ujungnya. Sumpit yang diletakkan dekat mangkuk atau piring sendiri menandakan bahwa orang tersebut masih belum selesai makan. Selain itu, menutup kembali mangkuk dengan penutup. Setelahnya, ucapkan frasa “gochisousama deshita” sebagai ucapan terima kasih pada orang yang telah menyiapkan makanannya. Etika saat Makan Indonesia Berbeda dengan makanan Jepang, semua makanan Indonesia harus bersertifikat halal, mengingat mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam. Halal berarti sesuai dengan syariat Islam, baik dari segi pemotongan hingga penyajian. Maka, sangat jarang ditemukan daging babi maupun alkohol yang terkandung dalam makanan di Indonesia. Itu merupakan salah satu hal yang perlu diingat oleh semua orang. Hal lainnya yang perlu diingat adalah tidak mengajak orang Muslim untuk makan saat bulan Ramadan. Bulan Ramadan sendiri merupakan bulan suci bagi orang Muslim untuk berpuasa. Peralatan makan di Indonesia sangat berbeda dengan Jepang. Kalau di Jepang menggunakan sumpit, di Indonesia menggunakan sendok dan garpu. Jika ingin memotong makanan, gunakan sendok dan garpu. Garpu digunakan sebagai penumpu, sedangkan sendok bagian sisi samping digunakan sebagai alat potong–layaknya pisau makan. Akan tetapi, sendok merupakan peralatan makan yang paling sering digunakan di Indonesia. Setelah makan, letakkan sendok dan garpu menghadap kebawah. Dan, sama seperti sumpit, sendok dan garpu tidak digunakan untuk bermain-main. Selain menggunakan sendok dan garpu, masyarakat Indonesia juga dikenal dengan muluk, yang dalam bahasa Jawa berarti penggunaan tangan untuk makan. Hal ini terbilang unik dan tidak dapat ditemukan di negara lain, termasuk Jepang. Jika ingin makan menggunakan tangan, dianjurkan untuk cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir, sebelum dan sesudah makan. Atau, cara yang paling unik adalah dengan kobokan, mangkuk berisi air dan irisan limau yang biasanya digunakan untuk mencuci tangan–bukan untuk diminum. Saat mengambil dan menyantap makanan, selalu gunakan tangan kanan. Di Indonesia, menggunakan tangan kiri merupakan hal yang sangat tabu, karena dianggap kotor dan tidak sesuai dengan syariat Islam. Karena tidak semua orang mengerti cara menggunakan tangan untuk makan, berikut adalah demonstrasi singkat mengenai cara menggunakannya. 1. Ambil sedikit nasi dan gulungkan menjadi bola dengan jari-jari 2. Campurkan dengan sayur dan lauk pauk 3. Celupkan ke dalam saus opsional 4. Masukkan semuanya ke dalam mulut Selain menggunakan piring, daun pisang atau kertas minyak juga bisa digunakan sebagai substitusi untuk menyimpan makanan. Tidak semua rumah atau restoran menyediakan kursi dan meja makan, tetapi jika duduk di kursi, biasakan untuk tidak bersender, karena hal tersebut dianggap tidak sopan. Jika duduk di lantai, biasakan untuk duduk bersila atau jangan sampai telapak kaki terlihat saat makan, karena hal tersebut akan membuat orang lain tidak nyaman. Selain itu, hindari melipat tangan saat berada di meja makan. Hal lainnya yang perlu diingat adalah, membiasakan untuk mengutamakan orang tertua di meja makan untuk mengambil dan menyantap makanannya. Jika orang tersebut sudah mengucapkan frasa “silakan”, yang lainnya boleh langsung mengambil dan menyantap makanannya. Jangan pernah mendahulukan untuk mengambil dan menyantap makanan sebelum orang tertua. Saat makan, hindari membuat suara dan makan dengan mulut tertutup sebagai tanda menghormati orang lain. Jika ingin berbicara, biasakan untuk menguyah makanan terlebih dahulu hingga habis dan berbicara dengan suara kecil saja. Selain itu, hindari mengambil serta meminta makanan dari piring orang lain. Semua hal harus dilakukan secara mandiri. Jika di tengah-tengah menikmati makanan ada panggilan telepon, minta izin terlebih dahulu ke orang tertua untuk menerima panggilan dan pergi keluar dari meja makan. Dan, usahakan untuk menutup mulut saat batuk dan/atau bersin, agar orang lain tidak merasa terganggu. C. KESIMPULAN Secara garis besar, etika saat makan di Jepang dan Indonesia memiliki kemiripan. Tidak semua restoran dan/atau rumah memiliki kursi dan meja makan, sehingga mengharuskan duduk di lantai. Kalau di Jepang harus melakukan seiza, di Indonesia harus duduk bersila atau jangan sampai memperlihatkan telapak kaki kepada orang lain. Sebelum menyantap hidangan juga diharuskan untuk mencuci tangan. Di Jepang, mencuci tangan dilakukan dengan oshibori, sementara di Indonesia, mencuci tangan bisa dilakukan dengan menggunakan sabun dibawah air mengalir atau kobokan. Walau peralatan makan di Jepang menggunakan sumpit, dan di Indonesia menggunakan sendok dan garpu, hindari bermain-main dengan peralatan makan karena hal tersebut bisa mengganggu kenyamanan orang dan dianggap tidak sopan. Setelah menggunakan peralatan makan, di Jepang, sumpit diletakkan di hashi-oki atau kertas pembungkus sumpit yang sudah dilipat–agar menyerupai hashi-oki. Sumpit yang diletakkan di sebelah mangkuk atau piring akan dianggap belum selesai makan. Sementara di Indonesia, sendok dan garpu diletakkan di piring dengan posisi menghadap kebawah. Sendok dan garpu yang diletakkan dengan posisi menghadap keatas juga akan dianggap belum selesai makan. Selain itu, jika ingin memotong makanan berukuran besar, di Jepang, tinggal menggunakan sumpit. Atau, menggigit sedikit dan meletakkan sisanya di piring pribadi. Di Indonesia, tinggal menggunakan sendok dan garpu. Garpu digunakan sebagai titik tumpuan, dan sendok bagian sisi samping digunakan sebagai “pisau makan” untuk memotong. Juga, tidak boleh makan secara langsung dari piring bersama, sehingga dihimbau untuk mengambil beberapa dan meletakkannya di piring pribadi. Saat berada di meja makan, hindari melipat tangan atau meletakkan siku di atas meja makan. Juga, tidak meniup hidung, bersin, batuk, dan/atau bersendawa di meja makan. Meski memiliki kemiripan, ada banyak perbedaan etika saat makan di Jepang dan Indonesia. Di Jepang, ada frasa “itadakimasu” yang diucapkan sebelum makan dan “gochisousama deshita” yang diucapkan setelah makan. Sementara di Indonesia, kedua frasa tersebut tidak ada dan biasanya mengucapkan doa sebelum makan. Selain itu, di Indonesia bisa menyantap makanan dengan tangan. Sementara, di Jepang tidak ada. Di Jepang, jika makanan yang disajikan harus disantap langsung, bisa mengucapkan frasa “osaki ni douzo”. Sementara di Indonesia, mau tidak mau, harus menunggu orang tertua di meja makan untuk mengambil dan menyantap makanannya, baru bisa diikuti oleh yang lain. Kalau di Jepang, boleh membuat suara menyeruput saat makan, di Indonesia tidak boleh membuat suara sama sekali saat makan. Dan uniknya, di Indonesia memiliki substitusi piring, antara lain lembaran daun pisang atau kertas minyak. Sementara di Jepang tidak ada. D. DAFTAR PUSTAKA Bahasa, Pusat. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta Departemen Pendidikan Nasional. Barton, David Watts. 2016, Juli 26. How to Conquer Seiza, the Foreigner’s Nightmare. Diakses 29 Oktober 2020. Denoon, Donald & Mark Hudson. 2001. Multicultural Japan Palaeolithic to Postmodern. New York Cambridge University Press. Hariyadi, Edy. 2012. Homogenitas versus Multikulturalisme Perdebatan Penerimaan Pekerja Asing di Jepang. Jember Universitas Jember. Indoindians. 2017, Agustus 24. Indonesian Dining Etiquette. Diakses 26 Oktober 2020. 2020, Februari 23. Japanese Table Manners. Diakses 26 Oktober 2020. John. 2013, September 2. Unearthing the Mysteries of Japanese Chopsticks. Diakses 28 Oktober 2020. Rodgers, Greg. 2019, April 28. Japanese Dining Etiquette. Diakses 26 Oktober 2020. scholar, etiquette. Indonesia Dining Etiquette. Diakses 26 Oktober 2020. Setiya, Tri. Dining Etiquette in Indonesia – Habits. Diakses 26 Oktober 2020. Team, FUN! JAPAN. 2018, April 27. Etiket Penggunaan Sumpit di Jepang. Diakses 28 Oktober 2020. Travel, Japan. Japanese Food Etiquette Guide. Diakses 26 Oktober 2020. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Edy HariyadiThis article describes the rivalry of homogenity and multiculturalism conceptions in the debate on acceptance of foreign workers, including from Muslim world, in Japan. National debate in Japan spawned two opposing groups, sakoku group who reject foreign workers and kaikoku group who receive foreign workers. On behalf of the control and power, Japan's political ellites disseminate a conception that Japanese people are a homogenous or monoculture society. Today, the homogenity conception is faced with multiculturalism conception that is spreaded out in Japanese society in order to help Japanese society in understanding for accepting foreign workers which has increasingly needed by Japan industry. Various industrial sectors in Japan needs many foreign workers to be employed in low-wage work sectors that are called 3Ks, kitanai dirty, kiken dangerous, and kitsui hard. While Japanese society is still widely in monoculturalism conception, to facilitate community in accepting foreign workers with various cultures and religions, they need a new conception, multiculturalism. Abstrak Artikel ini menjabarkan pertentangan antara konsepsi homogenitas dan multikulturalisme dalam konteks perdebatan penerimaan pekerja asing, terutama yang berasal dari Dunia Islam di Asia dan Afrika, di Jepang. Perdebatan secara nasional di Jepang melahirkan dua kelompok yang berseberangan yaitu kelompok sakoku yang menolak pekerja asing dan kaikoku yang menerima pekerja asing. Demi kontrol dan kekuasaan, para pemimpin Jepang menyebarluaskan konsepsi bahwa masyarakat Jepang adalah masyarakat yang homogen atau monokultur. Namun, dewasa ini konsepsi homogenitas dihadapkan dengan konsepsi multikulturalisme yang disebarluaskan dalam masyarakat Jepang dengan tujuan untuk membantu kesepahaman masyarakat dalam penerimaan pekerja asing dengan beragam kultur, termasuk para pekerja dari negara-negara di Dunia Islam. Sektor industri di Jepang membutuhkan pekerja asing dengan gaji rendah untukKamus Bahasa Indonesia. Jakarta Departemen Pendidikan NasionalPusat BahasaBahasa, Pusat. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta Departemen Pendidikan to Conquer Seiza, the Foreigner'sDavid BartonWattsBarton, David Watts. 2016, Juli 26. How to Conquer Seiza, the Foreigner's
Kumpulan berita etika makan di restoran - Di sini pengunjung berhak untuk dilayani dalam segi service maupun makanan. Okezone.com - Kumpulan berita etika makan di restoran - Di sini pengunjung berhak untuk dilayani dalam segi service maupun makanan. Dimsum jadi salah satu jenis kudapan yang banyak digemari oleh masyarakat di
Ketika atasan atau klien mengundangmu untuk makan malam, tentu kamu paham bahwa pertemuan tersebut bukan sekadar makan bersama. Di samping ada hal yang ingin dibicarakan, mereka juga bisa menilai kepribadianmu melalui kebiasaan makanmu. Berbicara tentang etika makan, seorang career coach bernama Barbara Pachter membeberkan daftar do’s and don’t saat menghadiri jamuan makan malam yang bisa kamu simak di bawah ini. Ketika klien atau atasan mengundangmu untuk makan malam bersama, biarkan mereka memilih restoran dan menentukan pukul berapa makan malam dimulai. Bagi kamu yang berada di posisi pengundang, jangan lupa untuk melakukan reservasi terlebih dahulu dan memastikan ketersediaan tempat duduk. Kamu juga berhak merekomendasikan menu andalan di restoran tersebut. Meski kamu seorang wanita dan klienmu adalah seorang pria, sebaiknya kamu berhenti berharap mereka akan menarik kursi untukmu. Mereka memang mempersilakan kamu untuk duduk, tapi kamu harus menarik kursimu sendiri. Baik kamu adalah orang yang diundang atau pengundang, sesuaikan menu yang kamu pesan dengan yang mereka pesan. Jika mereka memesan appetizer, pesanlah appetizer dan jangan terburu-buru memasan main course walau kamu sedang lapar. Tunggu waktu yang tepat untuk memesan menu selanjutnya. Sebelum menghadiri acara makan malam, sebaiknya kamu menyempatkan diri untuk mencari informasi tentang tata cara menggunakan silverware atau alat makan dan urutan menggunakannya. Mereka akan menilai kepribadian dan pengetahuanmu pada situasi ini. Dalam etika makan, kamu perlu mengingat konsep BMW yang berarti bread, meal dan water. Jika kamu kebingungan saat mengatur tata letak meja makanmu, ingatlah bahwa roti B selalu berada di sisi kiri, makanan M berada di tengah dan air W di samping kanan. Ketika kamu harus berbincang dengan klien dan harus berhenti sejenak dari santap malammu, kamu perlu tahu bagaimana menyusun alat makan yang benar. Begitu pula ketika kamu berhenti makan karena kenyang. Setiap negara memiliki budaya dan etika yang berbeda, jadi sebaiknya kamu cari tahu dulu restoran apa yang kamu datangi dan bagaimana etikanya. Setelah selesai makan, biarkan piringmu berada di posisi awal dan nikmati obrolanmu dengan lawan bicara. Pelayan restoran yang bertanggung jawab untuk mengangkat piringmu. Begitu pula dengan gelas yang sudah kosong, pelayan lah yang bertanggung jawab untuk menuangkan minuman untukmu. Serbet yang disediakan oleh restoran berfungsi untuk mengelap noda atau sisa makanan yang mungkin tertinggal di sekitar mulutmu. Namun jangan sekali-kali menggunakan serbet tersebut untuk membuang ingus saat kamu sedang pilek ya, Bela. Jika kondisinya darurat, lebih baik kamu izin sebentar untuk ke kamar kecil. Ingat, Bela, kehadiranmu di sana bukanlah untuk mengisi perut yang kosong atau mencicipi makanan baru. Tujuan utamamu di sana adalah untuk keperluan bisnis. Jika kamu merasa kekenyangan, biarkan saja sisa makananmu. Meminta pelayan untuk membungkus makanan sisa akan terlihat tidak etis di mata klien atau atasan. Kamu tak perlu sungkan atau tak enak hati karena makananmu dibayari mereka. Namun jika kamu adalah pihak yang mengadakan acara makan malam, kamu harus membayar makanan yang tamu makan, tak peduli jenis kelamin tamumu. Namun jika tamu pria menawarkan diri untuk membayar, kamu bisa mengatakan bahwa keperluan untuk pertemuan ini ditanggung perusahaan. Selain dua kata tersebut, kamu juga tidak diperkenankan untuk menyampaikan kritik tentang makanan atau suasana di restoran. Meski kamu menyampaikannya kepada pelayan, pengundang akan merasa tersinggung karena mereka merasa pilihannya tidak dihargai. Makan malam menjadi salah satu cara untuk melakukan pendekatan dengan seseorang, termauk rekan bisnis. Sebagai wanita karier yang profesional, kamu perlu menjaga sikap dengan mengetahui etika makan agar segala urusan yang kamu hadapi dengan mereka bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Semoga sukses, ya!
Daringgak boleh makan pake garpu sampai nggak boleh minta garam di restoran ada beberapa etika makan yang unik di berbagai negara yang mungkin belum kamu ketahui. Kalau di Indonesia, sendawa setelah makan dianggap kurang sopan karena terkesan jorok. Namun di Cina, bersendawa setelah makan dianggap hal yang sangat wajar.
Kendatidemikian, ada beberapa tips yang dibagikan oleh Auto2000 dalam laman resminya, jika seseorang harus makan dalam kendaraan. Berikut rangkumannya: 1. Mobil wajib berhenti. Satu hal yang cukup mendasar dan penting sebelum hendak makan adalah memastikan mobil dalam keadaan berhenti. Jika Anda tengah dalam perjalanan, pilih lokasi parkir
.
  • twc8mqzg4p.pages.dev/92
  • twc8mqzg4p.pages.dev/377
  • twc8mqzg4p.pages.dev/94
  • twc8mqzg4p.pages.dev/54
  • twc8mqzg4p.pages.dev/157
  • twc8mqzg4p.pages.dev/222
  • twc8mqzg4p.pages.dev/48
  • twc8mqzg4p.pages.dev/349
  • twc8mqzg4p.pages.dev/159
  • etika makan di indonesia